Saat ini badanku sudah renta, bukan lagi badanku yang dulu-badan kuat Ayah kebanggaanmu, yang bahu dan lehernya menjadi tumpuanmu. Maklumilah diriku. Tetaplah bersabar menghadapi ketidakmampuanku yang semakin banyak.
Saat ini, engkau mulai menyaksikan pemandangan yang kotor di hadapanmu karenaku. Bahkan, baru saja air liurku terjatuh tercecer di lantai dan telah menodai sepatumu. Maklumilah diriku. Ingatlah saat engkau mengajakku bermain di pagi hari, muntah, dan mengotori pakaian kerjaku.
Saat ini, aku sering mengulang-ulang terus ucapanku hingga membuatmu bosan. Bersabarlah, ingatlah di masa engkau meminta aku membaca setiap cerita dongeng kancil yang kuulang-ulang untuk mengantar tidur dan mimpi indahmu.
Saat ini, aku sering bingung dan tidak lagi dapat menjangkau pembicaraanmu. Janganlah merendahkanku. Ingatlah cara-cara yang kulakukan untuk menjawab setiap pertanyaan ‘mengapa’ yang selalu engkau ajukan saat itu.
Saat ini, kita berjalan bersama, namun aku tidak mampu lagi mengimbangi kecepatan langkahmu. Tetaplah di sampingku, beriringanlah denganku, dan ulurkanlah tanganmu. Ingatlah bagaimana engkau belajar berjalan saat itu.
Saat ini, aku sering mengajakmu duduk bercerita. Namun aku tidak mudah lagi mencerna setiap maksud pembicaraanmu, apalagi tentang pekerjaanmu, kehidupanmu. Janganlah bosan. Perlu engkau tahu, sebenarnya topic pembicaraanmu bukan hal yang penting bagiku. Asal engkau ada disisiku, itulah kerinduanku.
Saat ini, bukan lagi seperti dulu ketika aku selalu ada mengajarimu. Aku menua dengan segala kekurangan fisik dan pikiranku. Janganlah bersedih. Tetaplah bersuka cita, seperti suka citaku di masa kecilmu. Bagaimana pun masa kecilmu telah menjadi inspirasi, kekuatan, serta penghiburan bagiku. Satu hal yang engkau harus tahu…jiwaku tetap seperti dulu, selalu bersorak-sorai, ber hip-hip hura ketika bersamamu.
Nanti, jika aku pergi menghadap Yang Maha Kuasa, aku akan merepotkanmu lagi dengan segala urusan yang berhubungan denganku dan engkau akan menumpahkan air matamu. Jangan terlalu menangisiku. Ikhlaskanlah kepergianku dan genapilah sukacitaku. Lakukanlah segala sesuatu untuk pemberangkatanku dengan senang hati. Ingatlah bahwa aku sudah ada gantinya di dunia ini, dirimu, anakku.
Seorang anak tidak pernah memilih untuk dilahirkan, dan orangtua tidak memilih untuk mengalami masa tua dan renta. Namun semua itu adalah masa-masa indah buatku dan semoga jiga selalu indah bagimu.
Ayahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar