Kipas Tua
Rasa itu semakin menghimpit dada dan otakku.
Aku terpekur dalam hingar-bingar bunyi kipas yang tak kenal waktu.
Sejenak aku memandangi kipas tua itu.
Warna yang dulunya putih kini berubah menjadi coklat digerogoti debu.
Berapa lama kipas ini menemani malam-malamku yang sunyi, aku tak ingat lagi.
Tapi suaranya yang bising kembali menggali memori yang tersimpan sangat dalam di otakku.
Layaknya sekeping piringan hitam yang merekam semua rasa yang pernah singgah di dadaku, kipas tua itu memutar kembali setiap kenangan...
Kita pernah lalu
Waktu yang bisu
Namun berarti
Tak sekali kau temui
Rasa yang biru
Aku pun pilu
Saat detik itu kosong
Aku berkelana
Mengusir hampaMenulis luka
Seribu bait
Sejuta nada
Tak bermakna
----------
Tahukah kau?
Jariku bergerak menggores waktu
Dan jejak kaki tak berujung
aku tahu
di ujung sana kau berdiri
menatap jejakmu sendiri
kita ini sama
tapi kau harus berlari
tak bisa berhentiaku tertatih
kita memang beda
----------
Apakah rindu sebuah kata?
Bila kau katakan ya
Maka aku akan bisu
----------
Bila aku berhasil mengejar waktu
Dan kau masih disana
Maka aku akan kembali
Untuk hidup sekali lagi
Atau mati sekali lagi
----------
Apakah aku ini?
Lugu atau munafik
Sama saja
Aku pantang mencumbu kata
Maka aku buang kata itu
Agar kau tetap suci
Dan aku mati
----------
Tak mengapaJika kau harus berdusta
Sebab bukan aku yg kau dustai
Tapi dirimu sendiri
----------
Saat aku berlari menghampiri
Akan kupeluk tubuh
mudan kuciumi wajahmu
masihkah dia disana?
----------
Kita berdua munafik
Saling berdusta dalam sadar
Aku ingin bangkit
Merobek setiap lembaran tata krama
Memutus tali pengikat ruang
Sepuluh tahun
Kau terlambat
----------
Keindahan itu topeng
Aku telah ada
Sebelum keindahan diciptakan
Saat kata masih telanjang
-----------
Cukup sudah!
Terlalu banyak kata berserakan
Dan kita terbenam
Kau dan aku saling cinta
Titik!
Selesai sudah,
kipas tua itu pun bosan berkata-kata.
Kini ia hanya meneriakkan suara-suara bising yang menyakitkan telinga.
Ah, mungkin saatnya dia beristirahat sejenak.
Kugeser kursi yang kududuki dan mencabut colokan listrik yang menghidupi kipas tua itu.
Perlahan baling-balingnya yang kelelahan berhenti berputar disertai bunyi besi yang menyakitkan telinga.
Akhirnya kipas tua itu diam.
wkwkwkkwkwkwk serius amaaaaaaaaat baca nya , hahahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar